Jihad
Jihad? Mending Sekolah Dulu Deh...
the ink of the scholar is worth more than the blood of the martyr
Kutipan di atas aku temukan di salah satu edisi Newsweek, yang disebut sebagai ungkapan Nabi Muhammad SAW, atau hadist.
Aku tidak punya kemampuan untuk memverifikasi keshahihan hadis itu, namun sungguh, aku berharap Rasulullah memang pernah mengatakannya...
"Tinta para pelajar lebih berharga dari darah para syuhada..."
Bukan hendak merendahkan nilai kematian dalam jihad, namun rasanya ada yang harus diluruskan, atau paling tidak dipikirkan ulang ketika kita bicara jihad.
Mati syahid menjadi cita-cita kaum muslimin, karena balasannya tiada lain kecuali surga.
Tapi ini bisa membuat "salah pengertian". Tujuan jihad bisa jadi "bergeser" dari memperjuangkan kejayaan Islam, menjadi merebut tiket ke surga, melalui kematian dalam perang suci itu.
Ekstremnya, tak apa-apa kalah perang, toh kaum muslimin yang mati akan masuk surga.
Kedengarannya kok menyedihkan ya...
Tujuan jihad menurut saya sih, demi kejayaan Islam, artinya meraih kemenangan. Kemenangan harus diraih dengan korban yang seminimal mungkin.
Saya bukan tidak percaya semua anak bangsa Palestina yang syahid akan masuk surga. Insya Allah mereka layak mendapatkannya... Tapi demi Allah, saya tidak bisa menahan kesedihan melihat mereka tak berdaya dibantai, dalam "perang" yang sangat tidak adil itu!
Menguasai Ilmu
Mengapa (negara-negara) Islam bisa dipermainkan dalam kancah internasional? Karena bodoh, tak menguasai teknologi. Hizbullah yang gagah berani, cuma punya roket-roket konvensional, yang selain akurasinya rendah, daya hancurnya juga tidak luar biasa.
Lebih sedih lagi, anak-anak Palestina hanya punya pelontar batu, senjata yang sudah digunakan Daud ribuan tahun silam!
Negara-negara (berpenduduk mayoritas) Islam lainnya, termasuk Indonesia, umumnya juga punya mesin perang yang ketinggalan zaman.
Di pihak lain, Amerika Serikat dan Israel punya mesin perang canggih, dengan daya hancur sangat besar. Pantas saja, jumlah korban yang jatuh, sungguh tidak berimbang.
Kaum muslimin tidak belajar, sekolahnya tak serius, karenanya tidak menguasai teknologi.
Dengan ini aku bisa memahami hadis di atas:
Jika belajar dengan tekun, menguasai teknologi, tak perlu lagi mencucurkan darah syuhada demikian banyak di medan perang.
Janji masuk surga bagi para syuhada, harus diletakkan sebagai motivasi memenangkan peperangan, bukan jadi alasan untuk mati di medan perang...
Belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, perang, dan menang! Itulah surga!
the ink of the scholar is worth more than the blood of the martyr
Kutipan di atas aku temukan di salah satu edisi Newsweek, yang disebut sebagai ungkapan Nabi Muhammad SAW, atau hadist.
Aku tidak punya kemampuan untuk memverifikasi keshahihan hadis itu, namun sungguh, aku berharap Rasulullah memang pernah mengatakannya...
"Tinta para pelajar lebih berharga dari darah para syuhada..."
Bukan hendak merendahkan nilai kematian dalam jihad, namun rasanya ada yang harus diluruskan, atau paling tidak dipikirkan ulang ketika kita bicara jihad.
Mati syahid menjadi cita-cita kaum muslimin, karena balasannya tiada lain kecuali surga.
Tapi ini bisa membuat "salah pengertian". Tujuan jihad bisa jadi "bergeser" dari memperjuangkan kejayaan Islam, menjadi merebut tiket ke surga, melalui kematian dalam perang suci itu.
Ekstremnya, tak apa-apa kalah perang, toh kaum muslimin yang mati akan masuk surga.
Kedengarannya kok menyedihkan ya...
Tujuan jihad menurut saya sih, demi kejayaan Islam, artinya meraih kemenangan. Kemenangan harus diraih dengan korban yang seminimal mungkin.
Saya bukan tidak percaya semua anak bangsa Palestina yang syahid akan masuk surga. Insya Allah mereka layak mendapatkannya... Tapi demi Allah, saya tidak bisa menahan kesedihan melihat mereka tak berdaya dibantai, dalam "perang" yang sangat tidak adil itu!
Menguasai Ilmu
Mengapa (negara-negara) Islam bisa dipermainkan dalam kancah internasional? Karena bodoh, tak menguasai teknologi. Hizbullah yang gagah berani, cuma punya roket-roket konvensional, yang selain akurasinya rendah, daya hancurnya juga tidak luar biasa.
Lebih sedih lagi, anak-anak Palestina hanya punya pelontar batu, senjata yang sudah digunakan Daud ribuan tahun silam!
Negara-negara (berpenduduk mayoritas) Islam lainnya, termasuk Indonesia, umumnya juga punya mesin perang yang ketinggalan zaman.
Di pihak lain, Amerika Serikat dan Israel punya mesin perang canggih, dengan daya hancur sangat besar. Pantas saja, jumlah korban yang jatuh, sungguh tidak berimbang.
Kaum muslimin tidak belajar, sekolahnya tak serius, karenanya tidak menguasai teknologi.
Dengan ini aku bisa memahami hadis di atas:
Jika belajar dengan tekun, menguasai teknologi, tak perlu lagi mencucurkan darah syuhada demikian banyak di medan perang.
Janji masuk surga bagi para syuhada, harus diletakkan sebagai motivasi memenangkan peperangan, bukan jadi alasan untuk mati di medan perang...
Belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, perang, dan menang! Itulah surga!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home