Wednesday, July 19, 2006

Bencana

Bencana adalah Cermin....

"Aku berkaca, tapi bukan hendak ke pesta..." Chairil Anwar


Mungkin negeri ini demikian "indahnya" sehingga bencana pun gemar betul singgah ke mari. Ibarat nemu tempat liburan yang asyik, kita bakal janji untuk datang dan datang lagi di kali lain.

Nyawa pun menjadi hanya sederet angka. 10, 100, 1.000, 10.000... busyet dah!

Atau memang kita yang selama ini memberi harga yang terlalu tinggi buat sebuah nyawa? Nilai yang terlalu besar buat sebuah kehidupan? Padahal semua itu emang ngga ada apa-apanya...

Aku hanya satu dari tujuh miliar manusia di muka bumi, dan bumi pun hanya satu dari sembilan--eh udah sepuluh ya?--anggota tata surya, dan tata surya cuma satu dari sekitar 4 miliar tata surya dalam galaksi bima sakti, dan galaksi bima sakti cuma satu dari entah berapa miliar galaksi lainnya di jagat raya, yang juga mungkin punya kembaran jagat raya lainnya, entah di mana...

Lha, jadi pentingnya aku, kau, kita itu di mana? so unsignificant banget, gitu lho!

Layakkah kita menangis, untuk sesuatu yang tak punya arti? Perlukah berjuang begitu ngototnya mempertahankan kehidupan yang tak punya signifikansi terhadap apapun ini?


*****

Tapi mungkin perlu juga... Sebab saat aku kehilangan dia yang kucintai, serta merta, alam semesta juga tidak ada artinya... cinta yang meruang mewaktu, ketika ukuran tak mampu membedakan apapun.

Udahlah.... pertanyaan sebesar itu tak mesti kita jawab hari ini...

Eits, kok belum ada relevansi dengan judul neh?

Maksudnya sih, bercerminlah dari bencana, bahwa hidup ini ngga ada apa-apanya... Hari ini kita mungkin belum kena, tapi mulailah berhenti menganggap sesuatu demikian berharganya. Atau, alam akan terpingkal-pingkal lagi, dengan ombak, lahar, dan segala yang ada di perutnya.





0 Comments:

Post a Comment

<< Home