Monday, May 02, 2005

membela tuhan, membunuh manusia


akhirnya, wajah islam bisa juga ditampilkan secara agak pantas dalam sebuah film hollywood. sesuatu yang sangat jarang terjadi. (sebelumnya, saya cuma pernah melihatnya di film the 13th warrior, ketika antonio banderas menjadi ahmad ibn fahlan, ksatria islam dari arab, membantu orang-orang eropa memerangi monster).

mungkin karena fakta sejarahnya memang tak terbantahkan; bahwa islam pun pernah punya masa jaya, bahwa peradaban dunia pun pernah berkiblat ke agama yang satu ini, saat eropa masih dalam kegelapan. bahwa islam pernah punya seorang kurdi bernama salahuddin ayubi, jenderal elegan, yang berperang dengan aturan-aturan agama yang agung.
*****
tapi yang lebih menarik, film ini bercerita tentang bagaimana semangat membela tuhan bisa menjadi bencana bagi manusia. tragis kali kedengarannya. darah tumpah membasahi bumi, seolah tuhan senang dengan persembahan itu. dan seperti catatan penutup dari film ini, seribu tahun setelahnya, kita masih saja melakukan hal yang sama. jerusalem, tanah yang dianggap suci oleh agama-agama samawi, masih menjadi tempat mengalirnya darah anak manusia, sebagian besar, atas nama tuhan. when will we learn?

maaf teman2 yang terhormat, kenyataan bahwa manusia sering terbunuh oleh orang yang merasa sedang membela tuhan, benar-benar mengganggu pemikiran saya. apalagi bila kemudian si pembunuh itu dibunuh lagi oleh orang lain, yang juga sedang merasa membela tuhan. apa orang-orang itu membela tuhan yang berbeda?

mengapa dalam sejarah, tuhan begitu dekat bersanding dengan darah dan air mata.

padahal dalam, tuhan punya 99 nama yang melambangkan sifat-sifatnya, tetapi yang dipilih untuk kata basmalah, adalah arrahman dan arrahim; pengasih dan penyayang. tidakkah itu menjadi dasar, bahwa kedua sifat ini lebih utama, dibanding yang lain. begitu pula dalam alkitab, pribadi yesus juga ditampilkan begitu penuh kasih. dia pernah mengatakan memaafkan musuh itu adalah kebajikan yang utama. tetapi nyatanya umat beragama lebih bersemangat menumpahkan darah, daripada menebar cinta kasih.

rasanya, kita telah memeluk agama, pada sisi yang salah.