Tuesday, November 15, 2005

cinta dan perbedaan kelas

Alkisah, ada seorang pemuda
miskin bernama Yogi
Prasetyo, berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah.
Keluarganya hanyalah
keluarga sederhana, kalau tidak bisa disebut miskin.
Ayahnya sehari-hari
bekerja sebagai tukang jahit di desanya. Karena
kegigihannya, Yogi berhasil
kuliah di FE UGM walaupun dengan biaya seadanya.
Semasa semester 4 di
kampus, Yogi jatuh hati pada seorang gadis bernama
Ayu Wulaningrum, juga
sama-sama kuliah di fakultas yang sama. Ayu adalah
putri seorang bupati
ternama di daerah Yogyakarta dan juga masih
keturunan keraton. Walaupun
secara ekonomi mereka jauh berbeda, namun tidak
menghalangi keduanya untuk
saling mencintai.

Ayah Ayu yang mengetahui putrinya begitu mencintai
pemuda dari keturunan
biasa, tak mampu mencegah gelora cinta putrinya.
Maka begitu keduanya lulus,
pernikahan keduanya pun diselenggarakan dengan
megah. Pesta besar-besaran
digelar untuk mengiringi pernikahan putrinya. Ayah
Yogi yang tak punya
banyak harta, hanya bisa memberikan bantuan
sumbangan pakaian, sprei, sarung
bantal, yang semuanya ia buat dan ia jahit sendiri
khusus untuk pernikahan
putranya.

Kini kita memasuki inti pertanyaan dari cerita yang
mengharukan ini:
Berbahagiakah Ayu bersanding dengan Yogi ???

Tidak !!! Ternyata kebahagiaan mereka tidak
berlangsung lama. Tibalah
saatnya malam pengantin. Mereka berdua pun memasuki
peraduan dengan bahagia.
Namun, ketika Yogi membuka pakaiannya dan tinggal
memakai celana kolor,
berteriaklah Ayu dengan keras, sebelum akhirnya
pingsan tak sadarkan diri.
Semua penghuni rumah dari kerabat dan keluarga Ayu
pun berdatangan melihat
kejadian itu. Yogi masih dalam kebingungan dan
mencari tahu kenapa istrinya
histeris dan pingsan. Dilihatnya celana kolor yang
ia pakai. Aduh, Yogi lupa
kalau celana kolor itu jahitan ayahnya, dibuat dari
kain bekas wadah tepung
terigu. Di tengah celana kolor itu masih terpampang
jelas tulisan, "BERAT
BERSIH 25 KG". Tentu saja Ayu langsung pingsan
melihatnya. Ayu tidak bisa
membayangkan seberapa besar isinya dengan berat
segitu?

cerita kolor tepung terigu ini asyik ya [huahahahahahaha really lol]. lucu, tp tetap aja ada hikmahnya...

jadi inget gw ama saran bokap, cari istri itu ngga usah yg jauh bgt levelnya di atas... bakal ngerepotin.

bukan tak percaya pada kekuatan cinta, tp kekuatan cinta itu bakal banyak banget tersita untuk meredam persoalan-persoalan yang ditimbulkan perbedaan kelas itu... kalo tanpa persoalan seperti itu, kekuatan cinta yang sama bisa digunakan untuk menciptakan keindahan-keindahan...

kecuali kekuatan tuhan, tak ada kekuatan yang ngga berbatas, termasuk kekuatan cinta. (tp kan ada orang percaya, tuhan itu adalah cinta, nah lho!)

adakah yang namanya dosa?

rasanya tidak!

manusia tidak cukup kuat untuk berbuat dosa. segala yang terjadi adalah atas kuasa yang mahakuasa. kehendaknyalah (semata) yang terjadi, dan manusia beserta semua ciptaan lain, mulai dari seekor (?) kuman berukuran mikroskopis sampai setumpuk galaksi berdimensi miliaran tahun cahaya, hanyalah objek dari kehendak-kehedak sang pencipta. masa bidak-bidak catur harus menanggung akibat dari gerakannya yang (salah), padahal mereka hanyalah objek dari kehendak susanto megaranto, misalnya.


.

manusia sering menghukum dirinya sendiri, untuk sesuatu yang bukan tanggung jawabnya. dikejar-kejar rasa bersalah, sampai memilih bunuh diri. terlepas dari bunuh diri juga bukanlah (selalu) kekeliruan--mengingat bunuh diri bisa saja merupakan sebuah tindakan yang pantas, karena hidup memang tidak layak dijalani, yang jelas bunuh diri karena rasa bersalah itu adalah sebuah kebodohan tak termaafkan.

manusia punya kekuatan yang sangat kecil, sehingga jangan dibayangkan pula kita memiliki tanggung jawab yang demikian besar, termasuk untuk memikul dosa...

lepaskan kehendakmu, reguklah hari ini...

namun jangan lupa, berbuat kasih sayang itu tetap saja lebih mengasyikkan daripada melakukan kejahatan... ini soal mana yang lebih asyik saja... nothing to do with sin!